Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Shalawat dan Salam semoga tetap dilimpahkan kepada hamba-Nya yang teramat mulia, baginda alam, ya’ni Nabi Besar Muhammad saw., segenap keluarga, sahabat, dan ummatnya hingga akhir zaman.
Bahwa di antara beribu banyak kelemahan kita sebagai hamba Allah adalah lemahnya kemampuhan untuk bersyukur terhadap ni’mat-Nya dan bersabar atau bahkan seharusnya tetap bersyukur sekalipun ketika didera berbagai ujian dan bencana, alhamdulillaah ‘ala kulli hal. Sebab hanya dengan bersyukur, Allah akan menambah ni’mat-Nya, sebaliknya apabila kita tidak bersyukur atau kufur ni’mat, sungguh Allah mengancamnya dengan ‘adzab yang sangat pedih.
Di samping itu, ketidakmampuhan kita adalah tidak merasa bersalah atas segala kesalahan yang selama ini kita perbuat, sebaliknya kita lebih sering menyalahkan orang lain, padahal dengan menyalahkan orang lain itu juga termasuk perbuatan yang salah, sebab boleh jadi kesalahan orang lain tersebut, sebagiannya adalah andil kita, karena kita tidak memberikan contoh yang baik, atau tidak mencegahnya, atau tidak menasehatinya, atau tidak memberinya pertolongan.
Sungguh sulit rasanya kita mencontoh Nabi kita yang selalu beristighfar, padahal beliau tidak pernah berbuat salah. Nabi Yunus as selalu membaca laa ilaaha ilaa anta subhaanaka innii kuntu minadldloolimiin, atas kekufuran ummatnya.
Pelanggaran hak asasi manusia, tindak kejahatan, a susila, demontrasi anarkis, tawuran, korupsi dan lain-lain menjadi berita yang setiap hari menghiasi media masa. Sementara itu bencana tsunami, gunung meletus, longsor, banjir, tabrakan kereta api, kapal jatuh, dan lain-lain terjadi bertubi-tubi menimpa. Itu semua adalah menjadi bukti fisik atas adanya peringatan, teguran, atau sangat mungkin ‘adzab dari Yang Maha Kuasa. Kita sebagai hamba-Nya tidak ada jalan lain, kecuali baik secara sendiri-sendiri atau berjama’ah, hendaklah bergegas bersimpuh kembali kepada-Nya, dengan selalu bertobat, beristighfar sekaligus selalu bersyukur dalam berbagai keadaan.
Status “siaga” dalam menghadapi bencana, terutama bencana akhlaq, hendaknya segera ditingkatkan menjada “waspada”, bahkan sudah harus mencapai status “awas”. Secara individu banyak para ulama yang telah meningkatkannya ke status awas dengan “’uzlah” , maka pada awal tahun 2011 ini sudah sa’atnya ‘uzlah’ dilakukan secara jam’iyyah atau bahkan secara nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar